Pertanyaan:
Paham yang menamakan dirinya "Jamaah Al-Takfir," "Jamaah Al-Hijrah," "Fundamentalis Islam" dan sebagainya, mereka beranggapan bahwa orang yang melakukan dosa besar dan tidak mahu berhenti dicap sebagai kafir. Sebahagian lagi beranggapan bahawa orang-orang Islam pada umumnnya tidak Muslim, solat mereka dan ibadat yang lainnya tidak sah, karena murtad. Bagaimana pendirian dan pandangan Islam terhadap mereka?
Jawapan (Dr Yusuf al-Qaradhawi):
Hal tersebut amat berbahaya dan telah menjadi perhatian besar bagi kaum Muslimin khususnya, kerana timbulnya pemikiran yang terlampau ekstrim. Dalam hal ini, saya sudah menyiapkan sebuah buku khusus mengenai masalah tersebut diatas. Saya kemukakan perlunya pengkajian akan sebab-sebab timbulnya pemikiran yang ekstrim (melampau) dan cara-cara menghadapinya, sehingga dapat diatasi dengan adil dan saksama.
Pertama: Tiap-tiap pemikiran atau pendapat harus dilawan dengan pemikiran, pandangan dan diubati dengan keterangan serta dalil-dalil yang kuat, sehingga dapat menghilangkan keraguan dan pandangan yang keliru itu. Jika kita menggunakan kekerasan sebagai satu-satunya alat, maka tentu tidak akan membawa sebarang faedah.
Kedua: Mereka itu (orang-orang yang berpandangan salah) umumnya adalah orang-orang baik, kuat agamanya dan tekun ibadatnya, tetapi mereka dapat digoncang oleh hal-hal yang bertentangan dengan Islam dan yang timbul di dalam masyarakat Islam. Misalnya akhlak buruk, kerosakan di segala bidang, kehancuran dan sebagainya. Mereka selalu menuntut dan mengajak pada kebaikan, dan mereka ingin masyarakatnya berjalan di garis yang telah ditentukan oleh Allah, walaupun jalan atau pikirannya menyimpang pada jalan yang salah dan sesat karena mereka tidak mengerti.
Maka, sebaiknya kita hormati niat mereka yang baik itu, lalu kita beri penerangan yang cukup, jangan mereka digambarkan atau dikatakan sebagai binatang yang buas atau penjahat bagi masyarakat. Tetapi hendaknya diberi pengarahan dan bimbingan ke jalan yang benar, karena tujuan mereka adalah baik, akan tetapi jalan yang mereka ikuti itu salah.
Mengenai sebab-sebab timbulnya pemikiran-pemikiran tersebut, kami simpulkan sebagai berikut:
1. Tersebarnya kebatilan, kemaksiatan dan kekufuran, yang secara terang-terangan dan terbuka di tengah masyarakat Islam tanpa ada usaha pencegahannya. Bahkan sebaliknya, untuk meningkatkan kemungkaran dan kemaksiatan dia menggunakan agama sebagai alat propaganda untuk menambah kerosakan-kerosakan akhlak dan sebagainya.
2. Sikap para ulama yang amat bertolak ansur terhadap mereka yang secara terang-terangan menjalankan praktik orang-orang kafir dan memusuhi orang-orang Islam.
3. Ditindasnya gerakan-gerakan Islam yang sihat dan segala dakwah yang berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Maka, tiap-tiap perlawanan bagi suatu pemikiran yang bebas, tentu akan melahirkan suatu tindakan ke arah yang menyimpang, yang nantinya akan melahirkan gerakan bawah tanah (illegal).
4. Kurangnya pengetahuan mereka tentang agama dan tidak mendalami ilmu-ilmu dan hukum-hukum Islam secara keseluruhan. Oleh karena itu, mereka hanya mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, dengan paham yang keliru dan menyesatkan.
Keikhlasan dan semangat saja tidak cukup sebagai bekal diri sendiri, jika tidak disertai dasar yang kuat dan pemahaman yang mendalam mengenai hukum-hukum Islam. Terutama mengenai hukum syariat dan ilmu fiqih, maka mereka ini akan mengalami nasib yang sama dengan para Al-Khawarij di masa lampau, sebagaimana keterangan Al-Imam Ahmad.
Oleh karena itu, orang-orang soleh selalu menganjurkan untuk menuntut ilmu dan memperkuat diri dengan pengetahuan Islam sebelum melakukan ibadat dan perjuangan, agar teguh pendiriannya dan tidak kehilangan arah.
Al-Imam Hasan Al-Bashri berkata:
"Segala amalan tanpa dasar ilmu, seperti orang yang berjalan tetapi tidak pada tempatnya berpijak (tidak pada jalannya)”.
Tiap-tiap amal tanpa ilmu akan menimbulkan kerosakan yang lebih banyak daripada kebaikannya. Tuntutlah ilmu sehingga tidak membawa mudharat kepada ibadat dan tuntutlah ibadat yang tidak membawa mudharat kepada ilmu. Maka, ada segolongan kaum yang melakukan ibadat dan meninggalkan ilmu, sehingga mereka mengangkat pedangnya untuk melawan ummat Muhammad s.a.w. yang termasuk saudaranya sesama Muslim (saling berperang tanpa adanya alasan). Jika mereka memiliki ilmu, tentu ilmu itu tidak akan membawa ke arah perbuatan itu."
Wallahu’alam..
Tiada ulasan:
Catat Ulasan