;

Khamis, November 13, 2008

Sejarah Islam dan politik dalam kilasan.

Bila penulis mengamati beberapa tulisan di internet, penulis mendapati beberapa perkara yang agak menarik yang menjadi bukti wujudnya hubungan di antara keduanya. Bahkan jika ianya dikaji, ianya menjadi bukti yang cukup kuat untuk menyatakan bahawa politik dan sejarah islam telah membentuk satu landskap ketamadunan dunia...

Umpamanya, Josep Hall dalam tulisannya menyebutkan, ”Alasan penentangan kaum Quraisy bukan terutama ajaran-ajaran Islam yang baru, melainkan revolusi-revolusi sosial dan politik yang diperjuangkan oleh Islam” dan puncak dari pertentangan itu meletusnya perang Badar (Maret, 624 M) yang terjadi di Lembah Badar, beberapa mil dari Madinah. Peristiwa pasca-Perang Badar yang dimenangkan oleh kaum muslimin begitu besar dampaknya bagi konfigurasi politik Islam. Prof Philip K Hitti menulis ”meskipun peperangannya sendiri sama sekali tidak penting sebagai sebuah gerakan militer, Gazwad-e Badar meletakan dasar bagi kekuasaan politik Muhammad (Islam). Islam memperoleh kemenangan politiknya yang pertama, sampai saat itu Islam merupakan suatu agama, setelah Perang Badar, ia disahkan menjadi sesuatu yang lebih dari suatu agama negara dan ia sendiri menjadi negara. Selain itu, itu analisis Josep Hell turut menggambarkan bahwa kemenangan Perang Badar adalah menghasilkan kondolisasi kekuatan Nabi (dalam politik dan keimanan) di Yatsrib. Disusul dengan Perang Uhud (Maret, 625 M) yang dimenangkan oleh orang-orang Quraisy karena persekongkolan mereka dengan kaum Yahudi Madinah. Konstalasi politik Islam-kafir Quraisy Makkah memuncak dengan pecahnya perang parit, selama durasi 15 hari mereka mengepung Madinah, akan tetapi strategi Muhammad untuk menghadang orang-orang kafir Makkah cukup jitu, yakni dengan dibuatkannya parit (khandaq), sehingga kafir Quraisy meninggalkan Makkah tanpa hasil apa pun.

Begitu juga bila mana kita, melihat di saat tekanan yang dihadapi umat islam akibat tentangan yang kuat oleh pihak Quraisy di Makkah, maka nabi S.A.W turut merangka puila strategi dlam perjanjian hudaibiyah yang melibatkan nabi dan orang kafir Quraisy, agar umat islam dapat melakukan ibadah haji di Mekah dengan tenang. Pasca-Perjanjian Hudaibiyyah juga menyaksikan perlawanan kaum yahudi terus berlanjutan. Hal itu terbukti dengan beberapa peristiwa seperti Perang Khaibar (628 M), Ekspedisi Mut’ah (629 M), Penaklukan Makkah (630 M), Perang Hunain (630 M), Ekspedisi Tabuk (361) setidaknya beberapa peperangan tersebut berawal dari perebutan kekuatan agama, akibat penyebaran agama baru yang dilakuan oleh Nabi SAW. Ianya umpanya hidangan harian umat islam ketika itu.

Jika dilihat dan ditinjau daripada sudut sejarah islam sendiri, kepimpinan saidina Abu Bakar adalah lebih cenderung kepada memerangi kaum murtad ataupun disebut sebagai kaum Riddah serta perluasan kuasa. Sekitar tahun 13-25 H/634-644 di mana khalifah Umar berkuasa, baginda hanya tinggal untuk menjamin perkembangan dan situasi politik Abu Bakar yang telah berjaya menyelamatkan umat islam pada masa itu..apa yang menarik daripada pemikiran saidina Abu Bakar tentang perluasan kuasa adalah kerana situasi umat islam yang perlu menyebarkan ajaran islam ke seluruh wliayah utara dan timur..maka tidak hairanlah jika strategi perang sering digunakan dalam konsep perluasan wilayah termsuk memerangi wilayah imperium Bizantium dan Persia.

Umar pun dalam dakwahnya banyak mengarah kepada perluasan wilayah, di antara yang berhasil ditaklukkan adalah kota Damaskus. Masa pemerintahan Umar adalah di mana ummatnya menjadi masyarakat militer. Kenapa demikian? Karena hampir semua masyarakat arab pada masa itu adalah tentara.
Prof Hitti misalnya menulis ”kebijakan Umar adalah mengorganisasi bangsa Arab yang sekarang semuanya muslimin, kedalam suatu agama yang sempurna-persemakmuran militer yang anggota-anggotanya tetap menjaga kemurnian dirinya dan tidak tercampur- suatu jenis aristokrasi perang”.


Hal ini diteruskan oleh SaidinaUsman (24-36 H/644-656 M), dengan mengadakan perluasan imperium selama kurang lebih 12 tahun, sampailah imperium Arab meluas hingga ke Asia dan Afrika, dan antara contohnya,penaklukan Tripoli adalah salah satu keberhasilan Usman ditambah dengan penyusunan kitab suci Al-quran menurut qanun yang khas demi untuk menyelamatkan umat islam daripada fitnah yang besar. Pasca-Usman, Ali (36- 41 H/656-661 M), hanya saja pergulatan politik saat itu sangat sebegitu menyeramkan. Tidak heran banyak sekali persekongkolan dan pemberontakan selama pemerintahan Ali. Misal pemberontakan yang dilakukan oleh Zubair dan Tholhah, pemberontakan Muawiyah, Perang Unta, Perang Siffin.
Kurang lebih berlangsung 30 tahun Republik Islam merupakan masa yang tidak mungkin dilupakan dan luput dalam sejarah Islam...


Namun adakah kita semua merasa bahawa, republik ini (Islam) berakhir pada 661 M dengan wafatnya khalifah Ali.

Justeru,marilah kita sama-sama bersatu hati untuk memastikan kegemilangan tamadun islam yang pernah dicapai satu ketika dahulu mampu dicapai kembali...kepada siapa lagi yang akan kita harapkan...maka kitalah generasi yang bertanggungjawab untuk menggalas tugas ini...!

Ayuh..jangan lalai dan leka lagi!!!

Tiada ulasan:

Selamatkan Kutub Sittah

Selamatkan Kutub Sittah

Pimpinan PMRAM

Pimpinan PMRAM

Ayuh Meriahkannya

Ayuh Meriahkannya

Ingin Menjadi Usahawan Berjaya..Klik sini!

Renungan

A song for gaza

Untukmu Palestin!

Pertahankan Hak Kita

Pertahankan Hak Kita

Pertahankan Hak Kita

Pertahankan Hak Kita